Risiko PTSD bagi tenaga medis di masa pandemi

Munculnya wabah COVID-19 di akhir tahun 2019 memang membuat semua orang merasa ‘tidak aman’ jika sedang beraktivitas diluar rumah. Hingga saat ini, terdapat 4,7 juta kasus positif COVID-19 di seluruh belahan dunia dengan angka kematian mencapai lebih dari 315.000 jiwa. Demi menekan angka tersebut, berbagai cara dilakukan oleh masing-masing negara, mulai dari lockdown hingga PSBB seperti yang dilakukan oleh  Indonesia. Pemberlakuan kebijakan tersebut mengharuskan setiap orang untuk mengurangi aktivitas lapangan dan mengerjakannya di dalam rumah.

Di Indonesia sendiri, kebijakan PSBB sudah diberlakukan selama hampir 2 bulan. Semua aktivitas, termasuk perkantoran dan sekolah dilakukan dari rumah. Tidak bisa dipungkiri, pembatasan aktivitas ini tentunya dapat membuat masyarakat merasa bosan, jenuh, hingga stres. Alhasil, kesehatan mental masyarakat bisa menjadi korbannya. Sudah banyak kasus yang terungkap akibat isu tersebut. Kekhawatiran akan masalah pekerjaan dan finansial yang menjadi tidak menentu selama masa pandemi menjadi salah satu faktor utama dari risiko tersebut. Namun, tak hanya masyarakat umum, petugas kesehatan yang berjuang untuk melawan penyakit ini juga bisa memiliki risiko kesehatan mental yang sama.

Dilansir dari Medical News Today, studi yang dilakukan oleh peneliti Cina menemukan bahwa staf medis yang bekerja menangani COVID-19 menunjukkan adanya masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, hingga perasaan tertekan. Selain itu, hasil studi dari Italia melaporkan bahwa 49,38% dari 1.379 petugas medis diketahui memiliki gejala PTSD (post-traumatic stress disorder). Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal medRxiv.

Lalu, apa itu PTSD? PTSD merupakan kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh adanya peristiwa yang tidak menyenangkan/traumatik. Mereka yang melihat ataupun mengalami langsung kejadian tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap PTSD. Gangguan kesehatan mental ini membuat penderitanya mengingat kembali akan peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut berulang kali yang berujung pada berubahnya perilaku ataupun emosi mereka. Bagi tenaga medis, kondisi pandemi COVID-19 dapat memberikan tekanan yang luar biasa. Hal ini diketahui dapat menyebabkan trauma bagi mereka. Dibutuhkan adanya fasilitas perawatan kesehatan mental bagi tenaga medis untuk menurunkan risiko ini.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Google Search Images

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru