Orthorexia: Definis, gejala, dan efek sampingnya terhadap kesehatan

Tidak diragukan lagi, pola makan yang baik terbukti dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mereka yang menjalani pola makan yang baik tentunya memiliki pola hidup yang lebih sehat. Namun, tahukah Anda bahwa seseorang yang terlalu cenderung dengan makanan sehat saja dapat berujung pada kelainan? Kelainan ini dikenal dengan sebutan orthorexia.

Orthorexia atau orthorexia nervosa adalah gangguan pola makan yang berkaitan dengan obsesi yang tidak baik terhadap makanan sehat. Tidak seperti gangguan pola makan lainnya, penderita orthorexia hanya memikirkan ‘kualitas’, bukan ‘kuantitas’. Mereka hanya akan mengkonsumsi makanan yang dianggap sehat, termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran. Bukannya bermaksud untuk menurunkan berat badan, awalnya seorang orthorexia hanya terobsesi akan makanan sehat untuk membantu meningkatkan kesehatan tubuh. Akan tetapi fokus tersebut bisa menjadi lebih ekstrem.

Penderita orthorexia biasanya memiliki obsesi yang berlebihan dalam menghindari makanan yang mereka anggap tidak sehat. Bahkan sebagian dari penderitanya memiliki gejala kekhawatiran yang berlebih terhadap makanan apa yang harus mereka konsumsi. Makanan tinggi lemak, gula, dan garam, serta makanan hewani merupakan salah satu jenis makanan yang ‘wajib’ dihindari. Saking terlalu membatasi diri, tak jarang penderitanya malah mengalami malnutrisi. Terbatasnya variasi makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan ketidakseimbangan gizi. Jika dibiarkan lebih lanjut, kondisi ini dapat berujung pada menurunnya kesehatan tubuh.

Dilansir dari Healthline, berikut tiga golongan terkait masalah kesehatan yang bisa terjadi pada penderita orthorexia:

  1. Efek fisik, meskipun belum banyak studi mengenai orthorexia, namun sama dengan gangguan pola makan lainnya, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan komplikasi medis. Salah satunya yaitu kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, hingga perubahan detak jantung. Malnutrisi kronis dapat meningkatkan risiko masalah pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan hormon, hingga gangguan kesehatan tulang.
  2. Efek psikologis, penderita orthorexia bisa mengalami frustasi yang berlebih ketika pola makan mereka terganggu. Melanggaran ‘peraturan’ yang ada menyebabkan mereka merasa bersalah, hingga membenci diri sendiri. Selain itu, mereka juga sering mengalami kekhawatiran berlebih akan kesehatan makanan yang mereka konsumsi. Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi kinerja otak.
  3. Efek sosial, penderita orthorexia cenderung menutup diri dari teman atau keluarga yang tidak memiliki pemahaman yang sama dengan mereka. Tak jarang dari mereka yang menghindari acara pesta atau makan di luar rumah untuk menjaga peraturan yang mereka jalani.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Google Search Images

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru