Kandungan nitrit pada daging olahan, tingkatkan risiko kanker

Siapa yang bisa menahan godaan ‘gurihnya’ makanan olahan seperti sosis atau nugget?. Makanan olahan memang memiliki daya pikat tersendiri bagi penikmatnya. Sesuai dengan namanya, makanan ini telah melalui proses pengolahan, sehingga memiliki rasa yang lezat serta praktis untuk dikonsumsi. Dimulai dari proses pengolahan bahan dasar, hingga penambahan cita rasa yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti fermentasi hingga pengasinan.

Namun, tidak se-lezat rasanya, banyak hasil studi yang menunjukkan efek negatif dari makanan olahan ini. Makanan olahan dikenal dengan kandungan gula, lemak, serta garamnya yang tinggi. Dalam pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa kandungan asam yang tinggi pada makanan olahan dapat sebabkan adanya perubahan molekuler pada janin sehingga meningkatkan risiko autisme. Hasil studi lainnya juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan olahan secara berlebihan dapat menurunkan kesehatan jantung.

Tak berhenti sampai disitu, pada tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogen Group 1. Hal ini didasarkan oleh banyaknya hasil studi yang menemukan bahwa daging olahan dapat menyebabkan kanker pada manusia. Namun, dalam hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients, para peneliti menemukan bahwa tidak semua daging olahan dapat meningkatkan risiko tersebut. Kandungan nitrit dalam daging olahan memiliki peran penting.

Daging olahan seperti sosis, kornet, ham, bacon, serta frankfurters merupakan makanan olahan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Dalam proses produksinya, sebagian produsen menambahkan natrium nitrit pada makanan olahan mereka untuk meningkatkan warna atau memperpanjang umur simpan makanan tersebut. Para peneliti menemukan bahwa daging olahan yang mengandung nitrit berkaitan dengan risiko timbulnya kanker, khususnya kanker kolorektal, hingga 65%.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Pixabay

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru