Lockdown memperburuk gaya hidup penderita obesitas

Obesitas atau kegemukan memang menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Obesitas terjadi ketika adanya penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh. Tak bisa dipungkiri, gaya hidup menjadi kunci dari risiko obesitas. Kebiasaan pola makan dan tidur yang kurang baik, serta kurangnya aktivitas fisik merupakan beberapa faktor utama dari risiko obesitas.

Di masa pandemi seperti saat ini, sebagian besar negara  di seluruh dunia memilih untuk melakukan ‘lockdown’ sebagai upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19. Penerapan lockdown menganjurkan seluruh masyarakat untuk melakukan segala aktivitas dari rumah, baik aktivitas kantor maupun sekolah. Namun aktivitas #dirumahsaja ini bisa berdampak negatif bagi kesehatan tubuh, khususnya bagi mereka yang sudah memiliki riwayat obesitas. Pasalnya, rasa ‘nyaman’ saat beraktivitas di rumah membuat mereka merasa lebih malas untuk bergerak, mempengaruhi pola tidur, hingga mengubah pola makan mereka menjadi lebih buruk.

Hal ini diperkuat dengan adanya hasil studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti Italia, mereka menemukan bahwa penerapan lockdown selama masa pandemi COVID-19 berdampak negatif pada pola makan, tidur, serta aktivitas fisik pada anak-anak obesitas. Hasil tersebut didapatkan setelah melakukan analisa gaya hidup terhadap 41 anak-anak dan remaja obesitas di Italia. Gaya hidup tersebut meliputi pola makan, tidur, serta aktivitas apa saja yang mereka lakukan selama 3 minggu masa lockdown. Hasil tersebut dibandingkan dengan data yang sama yang dikumpulkan pada tahun 2019.

Hasil perbandingan menunjukkan bahwa setiap anak mengalami perubahan gaya hidup yang cenderung lebih negatif dari sebelumnya. Tercatat bahwa terdapat penambahan jumlah asupan makan per hari. Makanan seperti daging, minuman manis, serta junk food mengalami peningkatan secara drastis selama masa lockdown. Jumlah jam tidur mereka juga mengalami peningkatan setengah jam per hari. Selain itu, masa isolasi juga meningkatkan jumlah waktu tatap layar hingga lima jam per hari. Tatap layar tersebut termasuk layar ponsel, komputer dan televisi.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Pixabay

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru