Berpuasa untuk turunkan resistensi insulin

Masuk bulan Ramadan, semua kaum muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama kurang lebih 30 hari. Berpuasa secara umum dapat diartikan untuk menahan diri dari nafsu, terutama nafsu untuk minum dan makan dari sebelum terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Telah banyak penelitian yang menunjukan manfaat dari berpuasa, seperti detoksifikasi, memperbaiki kesehatan sistem pencernaan, serta menurunkan risiko tuberkulosis.

Saat ini, puasa bukan saja dilakukan dengan tujuan memenuhi ajaran agama, puasa juga sering dianjurkan untuk sebagian orang dengan tujuan untuk meningkatkan metabolisme tubuh dan menurunkan berat badan. Menurut studi yang dilakukan oleh Baylor College of Medicine, selain dapat mengurangi risiko obesitas, puasa juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan resistensi tubuh terhadap insulin.

Para peneliti menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan produksi protein tropomyosin (TPM), yaitu protein yang berperan dalam memperbaiki dan menjaga kesehatan sel yang bertugas untuk resistensi insulin. Secara spesifik, TPM3 memiliki tugas penting dalam meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Meningkatnya sensitivitas insulin berarti gula darah juga akan terkontrol dengan baik. Hal inilah yang meyakinkan para peneliti bahwa puasa dapat menurunkan risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes secara efektif.

Dalam penelitian yang dipresentasikan dalam konferensi Digestive Disease Week ini, para peneliti melakukan analisa terhadap 14 partisipan yang menjalani puasa selama bulan Ramadan dengan jangka waktu 15 jam. Sebelum menjalani puasa, masing-masing partisipan melakukan proses pengambilan darah. Hal yang sama juga dilakukan setelah 4 minggu puasa, dan 1 minggu setelah bulan Ramadan berakhir.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Google Search Images

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru