Cabai merupakan salah satu bahan makanan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alih-alih digunakan sebagai penambah cita rasa masakan, banyak sekali tempat makan yang menjadikan masakan olahan cabai sebagai menu utamanya. Tentunya sensasi ini memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.
Pada pembahasan sebelumnya, telah kita ketahui bersama bahwa cabai mengandung senyawa aktif yang disebut dengan capsaisin yang dapat memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh. Selain bertanggungjawab atas rasa pedas, capsaisin ternyata juga dapat berperan dalam melawan kanker. Tak sampai disitu, konsumsi cabai juga sering dikaitkan dengan rendahnya risiko mortalitas. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology baru-baru ini.
Dalam studinya, para peneliti melakukan analisa terhadap populasi di Eropa dan melihat hubungan antara rendahnya risiko mortalitas terkait penyakit kardiovaskular dengan tingkat konsumsi cabai. Dengan menggunakan data dari studi Molisani, terdapat 22.811 peserta dengan usia rata-rata di atas 35 tahun berpartisipasi dalam studi ini. Selama masa tindak lanjut 8.2 tahun, para peneliti mengumpulkan informasi terkait riwayat kesehatan, pola hidup, serta pola makan setiap peserta, termasuk kuesioner mengenai konsumsi cabai. Dalam kurun waktu tersebut, terdapat 1.236 peserta yang meninggal.
Diketahui bahwa terdapat 24.3% partisipan yang mengkonsumsi cabai, empat kali atau lebih dalam seminggu, sedangkan 33.7% diketahui jarang atau bahkan tidak pernah mengkonsumsi cabai sebelumnya. Mereka yang sering mengkonsumsi cabai ditemukan memiliki risiko 23% lebih rendah terhadap kematian akibat penyebab apapun dibandingkan dengan mereka yang jarang mengkonsumsinya. Melihat hubungannya dengan penyakit jantung, mereka yang sering mengkonsumsi cabai memiliki risiko 34% lebih rendah terhadap kematian akibat penyakit tersebut. Manfaat tersebut ditemukan meskipun mereka yang menyukai masakan pedas cenderung memiliki riwayat diabetes, hipertensi, dan BMI yang tinggi (faktor penyakit jantung).
Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Pixabay
Sumber lainnya:
- Bonaccio, M., Castelnuovo, A.D., Costanzo, S., et al (2019). Chili Pepper Consumption and Mortality in Italian Adults. Journal of the American College of Cardiology, DOI: https://doi.org/10.1016/j.jacc.2019.09.068.
- Medical News Today - Could hot chili pepper reduce mortality risk (2019). https://www.medicalnewstoday.com/articles/327324.php#1, 23 Desember 2019.