Polusi udara tingkatkan masalah kesehatan mata

Tanpa kita sadari, polusi udara menjadi salah satu penyebab kematian jutaan orang setiap tahunnya karena hubungannya dengan penyakit emfisema dan kanker paru-paru. Polusi udara merupakan suatu kondisi dimana udara sekitar dicemari oleh bahan kimia, zat atau partikel dan bahan biologis lainnya yang bersifat negatif dan dapat mempengaruhi kesehatan dan kehidupan masyarakat. Baru-baru ini, Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga setelah kota Dubai dan Skopje.

Dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai 154, Jakarta termasuk ke dalam kota dengan kualitas udara yang tidak sehat dimana penduduknya memiliki peningkatan risiko terhadap beberapa jenis penyakit terkait sistem pernafasan. Tak hanya menyerang sistem pernafasan, dalam artikel sebelumnya juga telah dibahas bahwa polusi udara dapat meningkatkan risiko Alzheimer di kalangan anak-anak dan remaja. Sedangkan hasil studi terbaru yang dilakukan oleh China Medical University menemukan risiko lainnya yang dapat disebabkan oleh polusi udara, yaitu menurunnya kesehatan mata.

Menurut studi yang dipublikasikan dalam BMJ Journal of Investigative Medicine ini, para peneliti menemukan bahwa paparan polutan Nitrogen dioksida (NO2) dan karbon monoksida (CO) berkaitan dengan tingginya risiko degenerasi makula, dimana kerusakan sel yang terdapat dalam retina dapat menyebabkan penglihatan menjadi buram. Tak hanya buram, dalam beberapa kasus juga ditemukan bahwa hal itu dapat menyebabkan kebutaan baik di satu atau kedua mata. Dalam studinya, para peneliti melakukan analisa data kualitas udara serta riwayat kesehatan yang melibatkan 39.819 partisipan dengan usia 50 tahun ke atas.

Partisipan dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat paparan polusi yang ditemukan. Mereka yang terpapar NO2 dengan tingkat tertinggi memiliki risiko 200% lebih besar terhadap degenerasi makula. Mereka yang terpapar CO tertinggi juga memiliki risiko 84% lebih besar terhadap penyakit tersebut jika dibandingkan dengan mereka yang terpapar dengan tingkat terendah. Sedangkan mereka yang terpapar dengan tingkat sedang dari kedua jenis polutan tersebut tidak menunjukkan risiko yang signifikan.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Shutterstock

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru