Hubungan diabetes dengan penyakit infeksi saluran pernapasan

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak dapat lagi menghasilkan cukup insulin ataupun sebaliknya, yaitu saat tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Kondisi tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Jika tidak ditangani secara cepat, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan organ lainnya seperti mata, ginjal, saraf, serta paru-paru.

Dalam beberapa kasus, banyak penderita diabetes yang juga mengalami infeksi saluran pernafasan. Gejala yang dialami lebih parah dan bahkan lebih mematikan jika dibandingkan dengan mereka yang hanya menderita infeksi saluran pernafasan saja.  Dalam hasil studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti gabungan dari University of Maryland School of Medicine dan Johns Hopkins University School of Medicine menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya malfungsi pada respon tubuh terhadap infeksi.

Berawal dari meningkatnya kasus MERS-CoV yang menyebabkan lebih dari 800 orang meninggal, para peneliti terpacu untuk melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor lain yang berkontribusi dalam perkembangan penyakit tersebut. Hasilnya, berdasarkan bukti klinis, para peneliti menemukan bahwa diabetes adalah salah satu faktor risiko utama terhadap penyakit tersebut. Tak hanya mempengaruhi penyakit MERS-CoV saja, diabates juga mempengaruhi penyakit infeksi saluran pernafasan lainnya seperti flu ataupun pneumonia.

Dalam studinya, para peneliti melakukan analisa hubungan antara diabetes dengan MERS-CoV dengan menggunakan model hewan tikus. Mereka menemukan bahwa tikus dengan riwayat diabetes menunjukkan respon inflamasi yang tertunda dan berkepanjangan di paru-paru. Tikus tersebut memiliki kadar sitokin, makrofag, serta sel T yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tikus yang sehat. Kondisi tersebut tentunya dapat memperparah infeksi yang terjadi.

MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome - Corona Virus) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan dengan gejala seperti demam, batuk dan sesak nafas. Virus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Google Search Images

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru