Bagi Anda yang ‘malas gerak’, istilah sedentary lifestyle sangat tepat untuk mendeskripsikan gaya hidup Anda. Sedentary lifestyle merupakan kebiasaan seseorang yang lebih memilih untuk bermalas-malasan di atas tempat tidur ataupun di sofa tanpa mengerjakan aktivitas apapun. Di tambah lagi saat ini semua aktivitas terpaksa harus dilakukan dari rumah. Tidak bisa dipungkiri, rasa ‘nyaman’ saat berada di rumah membuat sebagian dari kita merasa lebih malas untuk bergerak. Menghabiskan waktu di atas tempat tidur atau duduk di sofa sambil menonton tv menjadi kebiasaan baru yang dilakukan selama masa ‘karantina’.
Sayangnya, tak ‘senyaman’ menjalaninya, kebiasaan tersebut justru dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Sudah banyak hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya hidup ‘mager’ dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes, jantung, kanker hingga kematian. Kebiasaan menonton tv berjam-jam dan tidak melakukan aktivitas apapun dapat menyebabkan buruknya kesehatan tubuh. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil studi terbaru yang dilakukan oleh University of Glasgow dimana peneliti menemukan bahwa membatasi waktu menonton televisi dapat menurunkan risiko tersebut.
Dalam studinya, para peneliti melakukan observasi terhadap 490.966 partisipan dengan usia 37-73 tahun. Setiap partisipan melaporkan gaya hidup mereka, termasuk berapa jam yang mereka habiskan untuk menonton televisi tanpa melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, data riwayat kesehatan partisipan juga dikumpulkan untuk melihat kasus kematian yang terjadi. Peneliti ini berlangsung dengan masa tindak lanjut selama 12 tahun, dari 2006 - 2018.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa mereka yang membatasi waktu menonton televisi hanya 2 jam perhari memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak membatasi sama sekali. Batas waktu 2 jam menonton televisi dapat menurunkan risiko kematian terkait penyakit jantung hingga 7.97%. Tak hanya itu, pembatasan waktu tersebut juga bisa menurunkan risiko kematian akibat sebab apapun hingga 5.62%. Peneliti menjelaskan, pembatasan waktu tersebut dapat mencegah serta menunda penurunan tingkat kesehatan. Tak hanya membatasi waktu untuk menonton televisi, penggunaan gawai juga harus dibatasi.
Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Pixabay
Sumber lainnya:
- Foster H.M.E., Ho, F.K., Sattar, N., et al (2020). Understanding how much TV is too much: a non-linear analysis of the association between television viewing time and adverse health outcome. Mayo Clinic Proceedings, DOI: 10.1016/j.mayocp.2020.04.035.
- BBC - Cutting screen time lowers risk of death, study finds (2020). https://www.bbc.com/news/uk-scotland-53501743?intlink_from_url=https://www.bbc.com/news/health&link_location=live-reporting-story, 05 Agustus 2020.