Telat makan di akhir pekan berisiko tingkatkan IMT

Akhir pekan merupakan saat-saat yang dinantikan oleh semua orang, terutama bagi mereka yang bekerja di waktu weekdays. Waktu tersebut biasanya dihabiskan untuk bermalas-malasan dirumah dengan tujuan untuk mengistirahatkan badan. Selain itu, weekend juga dimanfaatkan untuk menambah jam tidur yang dianggap kurang selama weekdays. Oleh sebab itu, bangun siang merupakan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh hampir setiap orang di kala akhir pekan.

Namun, alih-alih balas dendam karena jam tidur yang kurang, kebiasaan bangun siang dapat mengganggu aktivitas lainnya, termasuk aktivitas sarapan. Dalam hasil studi terbaru yang dilakukan oleh University of Barcelona, mereka yang merubah waktu makan pagi di akhir pekan berkaitan dengan adanya peningkatan indeks massa tubuh dibandingkan dengan mereka yang tetap mengikuti waktu makan di hari-hari sebelumnya. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nutrients.

Dalam studinya, para peneliti melakukan analisa terhadap 1.106 peserta pelajar dengan rentang usia 18-25 tahun. Setiap peserta diminta untuk memberikan laporan jadwal waktu makan mereka pada akhir pekan. Untuk mengetahui tingkat indeks massa tubuh, setiap peserta juga diminta untuk melaporkan tinggi dan berat badan mereka selama masa studi berlangsung, dari tahun 2017-2019.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengalami ‘eating jet lag’ setidaknya 3.5 jam atau lebih, berisiko memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tetap menjalani waktu makan yang sama dengan hari-hari sebelumnya. Peneliti menjelaskan bahwa berubahnya jam makan dapat mempengaruhi sistem sirkadian tubuh. Sistem ini akan bekerja sesuai dengan keseharian kita. Terganggunya sistem sirkadian tersebut diketahui dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak, terutama pada bagian pinggang.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Pixabay

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru