Tidur terfragmentasi dapat memicu timbulnya migrain

Setelah beraktivitas seharian penuh tentunya Anda membutuhkan waktu untuk beristirahat. Selain dapat mengistirahatkan tubuh, tidur juga bisa membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Memiliki kualitas tidur yang baik diketahui dapat menjaga keseimbangan hormon serta sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, kualitas tidur yang buruk sering dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti kelelahan, obesitas, migrain, hingga depresi.

Berbicara tentang migrain, sudah banyak hasil studi yang membuktikan kaitan antara risiko tersebut dengan kualitas tidur yang buruk. Adanya perubahan pola tidur serta kurangnya waktu tidur dapat memicu timbulnya migrain. Selain itu, berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology, para ahli menemukan bahwa memiliki tidur yang terfragmentasi juga bisa memicu risiko yang sama.

Dalam studinya, para peneliti melakukan observasi terhadap 98 orang partisipan dengan usia rata-rata 35 tahun dan memiliki riwayat migrain sebelumnya. Untuk mengetahui kualitas tidur, setiap partisipan diminta untuk mengenakan actigraph, perangkat yang dapat merekam pola tidur mereka secara real time. Mereka juga diminta untuk mengisi kuesioner elektronik yang harus diisi setiap dua kali sehari. Kuesioner tersebut merekam pola tidur, kejadian migrain, serta kebiasaan kesehatan lainnya.

Hasilnya, para ahli menemukan bahwa memiliki tidur yang terfragmentasi berkaitan dengan risiko 39 lebih tinggi terhadap migrain. Untuk lebih tepatnya, migrain muncul 2 hari setelah seseorang mengalami tidur yang terfragmentasi. Lebih lanjut para ahli menjelaskan, tidur yang terfragmentasi berkaitan dengan efisiensi tidur yang rendah. Fragmentasi tidur merupakan kondisi dimana seseorang mengalami susah untuk tidur dan sering terbangun di malam hari.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Shutterstock

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru