Digital Subtraction Angiography (DSA) oleh Dr. Terawan

Stroke, atau serangan jantung, bisa menjadi penyakit yang melemahkan tubuh. Pasien mungkin menderita kematian instan, kelumpuhan dari pandangan kanan tubuh, atau gangguan dalam berbicara. Di Indonesia, kebanyakan pasien stroke yang menderita kesulitan dalam berjalan dan berbicara mengalami peningkatan yang signifikan setelah menerima perawatan dari Dr. Agus Putranto Terawan, Sp. Rad (K). Ini bukan sihir. Dr. Terawan memodifikasi metode pemeriksaan radiografi yang disebut DSA (Digital Subtraction Angiography), dan mengubahnya menjadi pengobatan.

DSA adalah pemeriksaan yang memberikan gambaran lumen (permukaan bagian dalam) pembuluh darah termasuk arteri, vena, dan bilik jantung. Gambar-gambar ini diperoleh dengan menggunakan mesin X-Ray komputerisasi yang rumit. Media kontras khusus atau 'pewarna' (cairan padat berkepadatan tinggi) biasanya disuntikkan untuk membuat suplai darah ke kaki, jantung, dan organ lain lebih mudah dilihat.

Dr. Terawan mengatakan bahwa metode DSA yang dimodifikasi ini bekerja pada kedua macam stroke, iskemik dan hemoragik. Pada awalnya Dr. Terawan memodifikasi DSA untuk mengurangi dosis radiasi, yang dapat memberikan efek samping yang lebih rendah pada ginjal. Saat ini, hampir semua spesialis di RSPAD (Gatot Soebroto) dilatih untuk dapat melakukan prosedur ini.

Prestasi ini telah membuat Dr. Terawan, yang juga kepala RSPAD, mendapatkan penghargaan dari Hendropriyono Strategic Consulting (HSC). Selain telah digunakan di rumah sakit di seluruh Indonesia untuk mengobati ribuan pasien, metode DSA yang dimodifikasi Dr. Terawan juga diakui oleh dunia. Metode ini juga digunakan di Rumah Sakit Augusta di Dusseldorf, Jerman. Karena itu, penghargaan ini merupakan apresiasi atas karyanya sebagai salah satu dokter terbaik bangsa. Hal ini juga diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia untuk menghasilkan karya yang lebih inovatif.

Tidak semua pasien dapat menerima metode perawatan khusus ini, tergantung pada kondisi pasien. Pemeriksaan lengkap sangat diperlukan, oleh karena itu Dr. Terawan bekerja dengan spesialis lain, termasuk ahli endokrin dan internis dengan tujuan untuk memberikan perawatan yang holistik, akurat, dan aman.

Prosedur dimulai dengan pemeriksaan otak yang terperinci menggunakan MRI. Hal ini bertujuan untuk menilai segala jenis gangguan otak. Karena melibatkan otak, tindakan ini dilakukan dengan sangat rinci. Pemeriksaan ini melibatkan ahli saraf, ahli bedah saraf, ahli radiologi yang mengkhususkan diri dalam perfusi, internis, dan banyak lagi. Kerja tim diperlukan untuk memastikan keselamatan pasien, terutama untuk meminimalkan efek samping.

Hasil pemeriksaan otak menentukan tindakan selanjutnya: DSA klasik, DSA modifikasi, atau teknik lainnya. Jika kondisi pasien sesuai untuk diobati dengan DSA yang dimodifikasi, maka tahapn selanjutnya dimulai dari menurunkan dosis radiasi. DSA klasik membutuhkan dosis radiasi di atas 300 ml grey dan 100 cc kontras, menciptakan cairan berlebih di ginjal. Sementara itu, DSA yang dimodifikasi hanya membutuhkan rata-rata 25 ml grey dan kurang dari 10 cc kontras. Namun demikian, kualitas gambar yang dihasilkan mirip dengan DSA klasik.

Metode DSA membutuhkan memasukkan kateter ke pembuluh darah melalui arteri femoralis di area pangkal paha. Prosedur ini akan membiarkan para dokter melihat apakah ada sumbatan pembuluh darah di otak. Sumbatan ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah, yang akan menyebabkan disfungsi saraf di tubuh Anda. Kondisi ini sering terjadi pada pasien stroke. Setelah menjalankan prosedur tersebut, semua pasien harus terus dipantau untuk mengetahui jika ada efek samping terjadi.

Saat ini RSPAD menerima sekitar 35 pasien sehari yang memerlukan pengobatan dengan metode DSA. Prosedur tersebut biasanya dilakukan dalam waktu 25 menit. Biayanya relatif mahal, sekitar Rp 30-40 juta. Banyak yang menganggap manfaatnya lebih besar daripada harganya.

 

Ditulis oleh Denistya Sagita
Sumber foto: Google Search Image

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru