Antibiotik Fluoroquinolones dapat Meningkatkan Resiko Penyakit Aorta

Setiap kali anda menjalani pengobatan, seringkali Anda akan diberikan resep antibiotik yang harus dihabiskan dalam jangka waktu tertentu. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi masalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri.  Antibiotik bekerja dengan membunuh dan mencegah perkembangan bakteri tersebut. Setiap infeksi penyakit tentunya membutuhkan antibiotik yang berbeda-beda.

Seiring dengan relatif tingginya penggunaan antibiotik, timbul berbagai macam masalah kesehatan yang disebabkan oleh resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, penggunaan antibiotik dengan jangka waktu yang panjang juga dapat meningkatkan resiko penyakit aorta. Studi terbaru yang dilakukan oleh Karolinska Institutet, Lund University dan Statens Serum Institut menemukan bahwa antibiotik jenis Fluoroquinolones memiliki efek samping terhadap penyakit aorta - arteri utama dalam tubuh. Antibiotik tersebut sering diberikan kepada pasien penderita sinusitis hingga infeksi saluran kemih.

Para peneliti melakukan riset terhadap 360,088 pasien yang mengkonsumsi fluoroquinolones dan membandingkan dengan pasien yang mengkonsumsi amoxicillin. Hasil menunjukkan bahwa pasien yang dengan pengobatan fluoroquinolones memiliki resiko 66% lebih tinggi terhadap aneurisma aorta dan dissection. Aneurisma aorta merupakan penyakit yang disebabkan oleh munculnya benjolan pada dinding aorta atau melemahnya dinding tersebut. Jika hal ini dibiarkan, dinding aorta dapat pecah dan mengakibatkan pendarahan dengan resiko kematian.

Berkembangnya penyakit aorta dalam tubuh dapat disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas enzim perusak jaringan (tissue-degrading enzymes) yang disebut matrix metalloproteinases. Antibiotik fluoro diketahui dapat menginduksi aktivitas enzim tersebut. Hal ini yang diduga menjadi penyebab antibiotik jenis fluoroquinolones dibatasi penggunaannya oleh FDA sejak tahun 2016. Namun, dibutuhkan studi lebih lanjut terhadap antibiotik tersebut untuk mengetahui dengan pasti mekanisme efek sampingnya terhadap penyakit.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: evidencenetwork.ca

Sumber lainnya:

Jurnal Terbaru